Gus Dur dan Syi’ir Tanpo Waton

Gus Dur dan Syi’ir Tanpo Waton

Oleh : Alfian Muhaiminan

Ketika teringat akan Gus Dur pasti terlintas dalam benak kita sesosok kiyai NU karismatik yang juga eksentrik. Seringkali beliau juga menyampaikan guyonan-guyonan khas yang sarat akan makna. Mengingat Gus Dur juga tak lepas dari salah satu Syi’ir yang masyhur dikalangan masyarakat, apalagi setelah wafatnya beliau Syi’ir tersebut nampaknya semakin melejit dilantunkan di berbagai macam acara ataupun majlis.

Syi’ir Tanpo Waton atau populer dengan nama Syi’ir Gus Dur berisikan pujian-pujian kepada Allah SWT dan ajakan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada sang pencipta. Budi perkerti, amal-amal yang baik dilakukan manusia di untaikan dalam bentuk sastra jawa agar lebih mengena di hati masyarakat. Namun meskipun Syi’ir tersebut populer dengan sebutan Syi’ir Gus Dur, Gus Dur bukanlah orang yang mengarang Syi’ir tersebut.

Adalah KH. Moh. Nizam As-Shofa atau yang kerap disebut oleh para santri sebagi Gus Nizam yang merupakan pencipta Syi’ir Tanpo Waton ini.

Dalam sebuah forum dialog dengan tema “Mengupas Sajak Syi’ir Tanpo Waton”, kiyai yang juga pengasuh pondok Pesantren Ahlus Shofa Wal Wafa” menjelaskan bahwa Syi’ir tersebut sudah ada sejak 1987 yang merupakan catatan ngaji tasawwuf yang sudah lama beliau kumpulkan.

Gus Nizam menjelaskan dalam tiap bait syi’iran tersebut, terdapat banyak sekali wejangan-wejangan terkait lelakon (prilaku) manusia terhadap dirinya, sesamanya dan Tuhannya, begitulah yang diajarkan dalam tasawuf.
Seperti ; “Kang aran soleh bagus atine kerono mapan sari ilmune, laku toriqoh lan ma’rifate ugo haqiqot manjing rasane” (Yang disebut orang shaleh itu bagus hatinya Karena sempurna seri keilmuannya, Melakukan thariqat serta faham ilmu ma’rifat dan hakikat hingga meresap dalam jiwa)

Ketika ditanya kenapa syi’ir ini populer sebagai karya Gus Dur, Gus Nizam memaparkan jika syi’ir ini memang sempat dilantunkan di depan almarhum dan Gus Dur menyukai Syi’ir tersebut dan juga beharap syi’ir ini dilestarikan.

Gus Nizam yang juga memiliki suara mirip Gus Dur juga menambahkan bahwa “Hanya saja setelah itu muncul kaset Syi’ir Tanpo Waton dengan gambar Gus Dur dan syi’ir ini langsung melejit terlebih setelah Gus Dur meninggal”

Sebagai pencipta, Gus Nizam bersyukur jika syi’iran yang melalui perenungan, penyusunan pajang ini diterima oleh masyarakat dan diamalakan isinya. Beliau juga tidak keberatan kalau Syi’ir yang ditulisnya lebih populer dengan sebutan Syi’ir Gus Dur.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *